Laman

Minggu, 27 Januari 2013

Lindungi Kawasan Citatah

oh, saya baru tahu sebukit batu, sebidang karst, segunung cadas ditelan habis beberapa mulut, dikunyah hingga takada yang terselip di sela-sela gigi, diawasi belati besar, sudah menancap dengan gagah di atas tebing tertinggi, tepat di atas puncak rasa bangga pada tanah juga bebatuan terkeras. sementara sang saka merah putih terbentang pada dinding tebing yang merasa perlu didaki, dipanjati selalu dengan rindu yang takbiasa.

saya memberi rasa museum untukmu, seperti yang telah ditandai pada jemari tanganmu, jua pada beranda hatimu, dan warga membawa barongsai purba dari tanah yang juga lama, musik berbunyi takmendayu, keringat mengecat topeng, satu suku bangsa mati-matian perlihatkan tarian, inginnya berada di kota besar, ikut parade mempertontonkan jenis kulit yang sengit akan pertempuran desa terpinggir, jalan hidup yang tersingkir.

oh, saya diberi pencak silat, tenaga dalam yang kuat,genting dan botol pasti pecah, anak-anak tampilkan pose menantang, serupa jurus melawan traktor kotor, dipirig musik yang menggedor-gedor kesadaran, kendang menghentak gerak, berkat suara terompet melengking, barangkali akan menyerempet niat tuan yang taklagi menawan.

saya sepatutnya berduet menggandeng pupuh ampuh, kawih lirih, atau gaya silat terhebat yang pernah tertampilkan, agar lagu takselalu dianggap angin, takpedulikan resah warga gunung yang kerap tersandung batu itu.
-------
sumber: http://pedulikarstcitatah.blogspot.com/

Selamat Membaca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar